DIMENSI POLITIK YANG MENCEDERAI RASA KEBANGSAAN PANCASILA DI ISTANA BOGOR

*DIMENSI POLITIK YANG MENCEDERAI RASA KEBANGSAAN PANCASILA DI ISTANA BOGOR*
*_Saya Pancasila, Saya Mencederai Pancasila_*
By
Baginda Adam Muhammad Akbarnahu
_Human Al Haq True Self Resonance Navigator_
Pusat Pemberdayaan Energi Pancasila.
Awakening Al Haq Self Inner Leadership Pancasila.
TS-CODE – Al Haq Leadership Intelligent Center

Open House yang dilakukan oleh Presiden Jokowi pada hari pertama perayaan Idul Fitri 1439 H yang dilaksanakan di istana Bogor, dicederai oleh perilaku yang mencederai Rasa Kebangsaan Pancasila dan sungguh sikap yang sangat memalukan sebagai bangsa bermartabat yang ditampilkan oleh para pendukung rezim menyoraki dengan nuansa yang kurang terpuji terhadap kedatangan Gubernur DKI Anis Rasyid Baswedan yang ingin bersilaturahmi dengan Presiden Jokowi.

Anies-Sandi datang menghadap Presiden. Bersilahturahmi kepada Kepala Negara. Sebuah etika pemerintahan.
Sebuah adab orang-orang beragama untuk hidup saling kasih sayang dan hormat menghormati.

Hari raya Idul fitri 1439H adalah hari raya yang sakral bagi umat Islam, hal ini bukan hanya seremonial saja namun merupakan wujud dari hakekat kemenangan setelah perjuangan sebulan penuh untuk kembali ke sucian fitrah asli manusia sebagai bagian dari Khalifatulah fil ardh.

Momentum hari raya Idul fitri seyogyanya dimaknai dan dijadikan dengan wujud kebijakan, kebajikan dan kasih sayang pada sesama untuk saling maaf memaafkan dengan tulus pada sesama.

Sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh mereka yang meneriakkan Saya Pancasila dengan revolusi mentalnya justru seirama dengan apa yang di gambarkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-III-R) tahun 1987.

Sikap dan perilaku tersebut disebut Pola tingkah-laku “Self-defeating personality disorder”. Kurang-lebih artinya “kerusakan mental orang-orang kalah”.
(Sumber : Self Defeating Disorder by Zeng Wei Jian).

Sikap dan tingkah laku yang ditunjukkan tersebut juga sangat mencederai Ruh Pancasila yang diterjemahkan dalam sila silanya dan butir butir yang termaktub didalamnya, yaitu :

*Sila 1, Ketuhanan yang Maha Esa*
*Butir 3*,
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

*Butir 4*,
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

*Sila ke 2: Kemanusiaan yang adil dan beradab*
*Butir 1*,
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

*Butir 2*,
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

*Butir 3*,
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

*Butir 4*,
Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

*Butir 5*
Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

*Butir 6*
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Jelas sekali Sila dan Butir dari Ruh Pancasila yang mana dicederai dan sangat jelas sekali dengan ditunjukkannya sikap intoleran dari para pendukung rezim kepada sesama apalagi statusnya sebagai pejabat Negara, Gubernur Anis Rasyid Baswedan.

Saya pribadi menyatakan bahwa sikap tersebut sungguh sangat memalukan sebagai bangsa yang bermartabat serta mencederai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sikap dan perilaku tersebut terjadi di lingkungan lembaga Ke Presidenan yaitu di Istana Bogor, sungguh sangat mencoreng derajat lembaga yang mulia dan terhormat tersebut.

Oleh karenanya sudah selayaknya pihak istana agar membuat pernyataan kepada publik dengan meminta maaf kepada Gubernur Anis terhadap sikap yang tidak terpuji dan memalukan yang dilakukan oleh para pendukung Bapak Presiden Jokowi, yang sudah sangat keterlaluan dan berlebihan.

Akhir kata, sebagai pesan penutup, terbukti sungguh sangat berbeda antara Saya Pancasila dengan Saya Pancasilais apalagi Saya Al Haq Pancasilais , oleh karena itu agar kita semua instropeksi diri bagaimana seyogyanya harmoni dan mewujudkan Ruh Pancasila di kehidupan nyata sehari hari dalam setiap kesempatan, sehingga bukan hanya jargon menggelegar semata, heboh dipermukaan namun kosong dalam jiwa.

Dan saya berharap agar acara open house di hari raya tahun berikutnya tidak terjadi hal serupa, juga saya berharap para pendukung dan relawan #2019 Ganti Presiden tidak mengikuti perilaku yang tidak terpuji dan mencederai Ruh Pancasila sebagai jati diri bangsa seperti yang dicontohkan dan dilakukan oleh para pendukung rezim saat ini.

Lereng Gunung Gede
Minggu, 17 Juni 2018
Salam Allahu Robbi
To Love – To Give – To Care
_Membumikan Value of Life Pancasila sebagai Jati diri Bangsa yang bermartabat_