THE POWER OF LIFE, AFTER RAMADHAN, WHAT’S NEXT?, EMBRACE THE FUTURE
Kekuatan untuk hidup,
Setelah Ramadhan, apa berikutnya?,
Memeluk masa depan.
Tulisan ke 4 dari 4 tulisan
B)Â KEMURNIAN HAKIKI
“Forgive the Past, Accept the Present, Back to the original check point and growing up plus Embarace the future” B-AMA
KEMURNIAN HAKIKI FONDASINYA KEMURNIAN HAKIKI ITU SENDIRI NDAK BISA DI CAMPUR CAMPUR
Nach renungkan, jika kita masih bergelut seperti diatas setelah Ramadhan bahkan selama ramadhan yang sudah usai?, lantas sisi kesejatian kemenangan apa yang kita peroleh?
Mari kita bicara fakta ya ?, alam melihat asli dalam diri bukan hingar bingar dipermukaan yang kita lakukan atau yang kita tulis dari sumber mencuplik sana sini, yang seakan akan kita sudah melewati itu semua dan tampak soleh. Sebaiknya sebelum kita menulis sesuatu atau memposting sesuatu pastikan diri ini sudah selesai melewatinya, kecuali jika maksudnya adalah untuk pengingat diri dan mengajak sesama saling mengingatkan.
Seyogyanya hidup ini jujur dan ber integritas, jika diri ini sudah tidak memiliki integritas lantas apalagi yang kita andalkan dalam hidup ?
Mulai sekarang koreksilah diri kita dengan keras dan disegerakan, seperti tuntutan diri kita jika harus segera ke kamar mandi, emang bisa ditunda kalau kita kebelet (maaf) dan harus ke kamar mandi?
Mengalahkan diri harus disegerakan ndak ada toleransi sedikitpun dan tentunya menggunakan bahan baku murni keilahian hakiki Al Haq.
Dan bagi yang masih saja menggunakan energi energi roh alam yang notabene getaran tertinggi 90.000 / detik (bukan murni ruh Ilahi, getaran terendah 20 juta/ detik) namun dicampur adukkan dengan ibadah syariat, yang seharusnya bening murni dengan energi kesejatian Al Haq.
Dan bagi kita yang rajin melakukan ibadah syariat, namun rajin pula emosi emosi negatif dan penyakit hatinya di kehidupan nyata.
Maka, sesungguhnya kita sendiri yang mengikat diri kita untuk bersebrangan dengan jalur ke Ilahian murni, kenapa?
Lha itu khan pilihan kita sendiri?
Bukankah emosi emosi negatif dan penyakit hati itu pilihan?
Bukankah belajar macem macem energi diluar jalur Ilahi itu pilihan kita?
Bukankah emosi negatif dan penyakit hati adalah pilihan?
Jika dikatakan bahwa manusia adalah Khalifah, pasti pada setuju ya?
Nach pertanyaan saya masa khalifah Jutekan, ngamukan, susah memaafkan dsbnya?
Diri sejati asli khalifah itu penuh damai, sejuk dan menenangkan serta menggembirakan, jujur serta berintegritas.
Jika begitu yang suka emosi emosi negatif didalam diri itu siapakah?, think about that !
Apakah karena kebanyakan orang di sekeliling kita itu masih saja menjalankan amarah, kepalsuan dalam diri, emosi emosi negatif dan penyakit hati, itu dianggap lumrah? Lha khan kebanyakan juga begitu, wong Ustad, Kyai, pemimpin spiritual juga wajar kalau marah, hmmm…kebenaran kolektif bukan berarti kebenaran murni. Alam tidak melihat penyebab amarah atau emosi emosi negatif dan penyakit hati, namun alam merespon emosi negatif dan penyakit hati kita, ndak perduli kita salah atau benar.
Seperti hukum gravitasi, sepanjang syarat syarat berlaku, bukankah suatu benda pasti jatuh, ndak perduli itu benda kesayangan atau mahal harganya bukan ?
Oleh karenanya jika kita mau betul betul kembali ke jalan di jalur ke Ilahian murni, maka murnikanlah diri kita mulai dari dalam diri dan segala sikap diri.
Kemurnian diri ini memakai standar kebenaran Ilahi, bukan kebenaran manusia, harmoniskanlah diri kita dengan kriteria keilahian hakiki Al Haq.
Jadi kita yang berjuang mengharmoniskan diri, bukan sebaliknya.
Analoginya, bagaimana kita mau membersihkan paru paru dengan tetap merokok?
Bagaimana kita mau bebas dari potensi diabetes jika masih saja meminum soft drink atau minuman yang berkadar gula tinggi?
Bagaimana kita mau bebas kolesterol dan trigeliserida jika pola makan kita tidak diperbaiki.
Bagaimana kita bisa harmonis dengan frekuensi asli sholat ada di 208.814 Xanzazliun (10 pangkat 90) zat Allahu Robbi, sedangkan Anda mempunyai sikap sikap dan perilaku negatif serta masih saja bermain main dengan energi di getaran 90.000 / detik.
Bagaimana kita bisa harmoni dengan frekuensi asli Puasa Ramadhan terendah di Trilyun 9000x Zat Allahu Robbi, namun di satu sisi kita mempunyai sikap dan perilaku yang mencederai frekuensi tersebut baik di saat puasa Ramadhan kita mencederainya dengan baca an/ baca an yang berbahan baku energi getaran tertinggi di 90.000 / detik dikarenakan kita mengejar keilmuan keilmuan yang nampak gagah?
Hmmmm…pahamkah kita bahwa bahkan Nabi pun dipukul biru lebam, dilempari batu luka berdarah.
Keharmonisan, ketenangan, kesejukan, itu stabil setiap saat bukan tergantung kondisi.
Jika di saat tertentu Anda sejuk, namun ketika mendapatkan tekanan Anda emosi (meskipun disimpan dalam hati agar tidak kelihatan) tetap saja Anda belum berhasil murni)
Satu satunya jalan agar Anda merdeka dari kondisi diri yang tidak nyaman, Anda harus keluar dari medan energi yang sekarang.
Sudahlah mari kita berintegritas dan jujur pada diri bahwa dalam diri ini memang masih bermasalah.
Salam kasih dan keagungan hidup
To Love – To Give – To Care
Baginda Adam Muhammad Akbarnahu
Navigator Executive
Grandness Leadership Intelligent Center
Initiating Action for Global Grandness Leadership