Menjaga Martabat diri dengan tidak meminta minta

Menjaga Martabat diri dengan tidak meminta minta
*_Mengungkap dalih meminta minta dibalut dengan lisan dan kalimat yang nampak mulya_*
By
Adam Guardanahu Haq,
Navigator Executive Self Leadership Badar Al Haq
_Pemerhati Energi Jati Diri, Martabat dan Kedaulatan Jati diri manusia serta Kritikus energi Spiritual_

“Budaya malu itu harus ada didalam diri, perusahaan maupun suatu organisasi, apalagi meminta bukan untuk kemaslahatan namun hanya untuk kepentingan dunia atau perhelatan mewah”
LivingOnBadarAlHaq Scientific Wisdom

“Tabiat suka meminta minta menjadi kebiasaan seseorang daripada kamu (umat), sehingga ia menemui Allah di akherat sedangkan mukanya tidak mempunyai daging (hina)”
(Hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim)

Dalam suatu media online, berita tanggal 12  Juni 2022, menginformasikan bahwa Ahmad Dani mengadakan tur 30 Kota Dewa 19, tanpa minta sponsor, minta minta / mengemis ke siapapun, sebab dia mempunyai sikap dan Martabat diri, dia mengatakan : *Saya Malu Minta-minta*.
Hal ini membuktikan bahwa Ahmad Dani urat malunya masih ada, ybs mempunyai harga diri !!!

*Dapat dipastikan Ahmad Dani tidak akan menginstrusikan teamnya atau anak buahnya untuk meminta minta, sebab Ahmad Dani menjaga martabat team atau anak buahnya, dan team atau anak buahnya juga tidak akan mau disuruh untuk itu, sebab mereka mempunyai Harga diri dan Martabat diri*

*Dan kepribadian seperti Ahmad Dani ini dapat dipastikan menjaga Martabat dirinya dengan tidak membuat proposal berisi tulisan menarik seakan bahwa tour itu untuk kepentingan bangsa / negara atau kemaslahatan umum, Ahmad Dhani tidak akan merendahkan dirinya untuk bermain kata dan tulisan seperti itu karena dia tahu hal tersebut adalah kepalsuan semata serta merendahkan integritasnya karena pada intinya proposal seperti itu adalah tindakan mengemis dan meminta minta*

*Pribadi atau Perusahaan atau Organisasi yang mempunyai budaya minta minta jelas sekali merupakan Martabat yang hina / rendah, baik ditinjau dari Agama, Kejiwaan / Psikologi maupun Resonansi Martabat Jati diri*

“Orang yang suka meminta minta itu jauh dari pribadi yang tegar, juga jauh dari sifat syukur, tidak merasa qonaah. Merasa iri dengan karunia orang lain, dan memaksakan kehendak untuk kepentingan diri / kelompoknya yang bukan untuk kemaslahatan,  padahal rezeki itu sesuatu yang tidak akan tertukar, yang tanpa mintapun jika ditakdirkan untuk kita maka Allah akan kirim”
LivingInBadarAlHaq Scientific Wisdom

Bahkan untuk kepentingan Masjid saja tidak boleh meminta sedekah di jalan raya, sebab yang lalu lalang bukan semuanya Islam, Masjid harus bermartabat, dukungan dana harus diperoleh dengan cara yang bermartabat dan Islami.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Surat Ali Imron ayat 110

Maknai hakekat di ayat surat Ali Imron tersebut, apakah umat terbaik minta minta dengan dalih dan cara serta keperluan yang tidak bermartabat?
Apakah umat terbaik gaya dan sikap hidupnya mencederai kualitas umat terbaik tersebut yang melekat pada diri umat muslim, maka dapat dipahami kenapa meskipun sama sama Islam, namun drajatnya beda, ada umat Islam pada umumnya, ada Muslim, Mukmin, Mukhsin, Mukhlis, Muttaqin dstnya, yang membedakan adalah cerminan dari lisan, tulisan, sikap, perilaku serta gaya hidupnya, jadilah pribadi Islam yang bermartabat Islami.

*Prolog*
Ada beberapa kebiasaan kita orang Indonesia yang sering kita lakukan *kemudian dianggap biasa saja dan itu sebenarnya sangat memalukan dan tidak baik jika dibiasakan*.

Tapi karena *kebiasaan ini sudah mendarah daging dan sudah menjadi budaya bagi sebagian orang sehingga ketika kita melakukan itu, rasa-rasanya tidak ada yang salah bukan?*

Saya prihatin dan gemas melihat budaya meminta minta yang menjadi pembenaran dalam suatu kalangan baik itu lingkup diri, organisasi maupun perusahaan.

*Apakah urat malunya sudah putus atau sudah tidak punya muka (bahasa jawa, rai gedek !) ?*

Begini ya, meminta itu ada dua pihak keterlibatan yaitu Subyek dan Obyek.
Subyek (peminta),
*Meminta hanya diperbolehkan bagi orang miskin yang tidak mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Tidak lebih dari itu*

Tidak mampu bekerja, bisa saja karena disabilitas, jompo terlantar, buta dan tuli, kata kuncinya mereka yang betul betul tidak bisa melakukan pekerjaan dikarenakan keterbatasan fisik dan panca inderanya, inipun hanya diperbolehkan meminta minta hanya untuk kebutuhan dasar hidup !!!

*Meminta di Lingkup diri*
Ada kebiasaan buruk yang kecendrungan menjadi budaya dan pembenaran, yaitu :
(1) *Kebiasaan minta traktir*,
Contoh, Minta traktir gaji pertama teman, minta traktir yang dapat tarikan arisan, lulus wisuda, lulus beasiswa, proyek menang, cewek minta traktir cowok, dsbnya.
Padahal semua mereka itu khan juga punya kebutuhan, mereka kebanyakan tidak enak untuk tidak memenuhi, kita gak tahu keuangan tiap-tiap orang, kasihan kalau dompetnya lagi sekarat dan terpaksa harus memenuhi permintaanmu.
Kata kuncinya hakekat dari meminta adalah doyan gratisan !!!

(2) *Kebiasaan minta oleh oleh*,
Minta oleh oleh ala kadarnya saja itu adalah hal yang buruk, apalagi oleh oleh untuk sekeluarga !!!
Kata kuncinya hakekat dari meminta adalah doyan gratisan !!!, martabat jati diri model apa itu?

(3) *Harga teman*
Kebiasan buruk lainnya, ketika kita datang ke usaha teman, misal dagang atau restauran, mintanya harga teman, maksudnya apa sich harga teman itu?
Ngertikah, jika usaha itu perlu modal kerja?

Harusnya sebagai teman, kamu support temanmu yang punya bisnis apalagi mereka yang bisnisnya kecil-kecilan macam ini. Coba bayangkan gimana mau berkembang bisnis temanmu, mereka baru merintis dari bawah eh, kamu sudah minta harga teman !!!
Kata kuncinya hakekat dari meminta adalah doyan gratisan !!!, martabat jati diri model apa itu?

(4) *Premanisme*
Banyak kita lihat di lapangan, preman tunggal maupun preman bersragam suatu kelompok, meminta jatah ke pedagang kecil dipasar, atau meminta sumbangan dengan proposal yang dibuat oleh organisasinya padahal bukan kegiatan kemaslahatan dengan janji nanti dijagain atau apalah, bukankah ini mengemis bentuk lain?, martabat jati diri model apa itu?

(5) *Belajar doyan gratisan*
Ini banyak terjadi, orang mau belajar namun minta gratisan, katanya ilmu khan dari Allah.
Lah mereka yang punya ilmu juga belajarnya memgeluarkan energi, waktu, dan uang, sedangkan kamu enak enaknya minta gratisan, tanpa berjuang sedikitpun, martabat jati diri model apa itu?

*Lingkup Organisasi atau Perusahaan*
Perlu saya tekankan disini, bahwa Pembenaran bukan Kebenaran !!!

*Konteksnya apa dulu?*
Budaya suatu organisasi meminta minta sumbangan atau dana dari suatu proposal sungguh tindakan yang memalukan, sebab itu menistakan martabat organisasi tersebut !!!

Biasanya di intern mereka, manajemennya berkilah dengan pembenaran bahwa sepanjang untuk kepentingan organisasi bukan untuk kepentingan diri maka itu diperbolehkan, whaat ?!?

Proposalnya untuk apa?
Untuk anak yatim?,  kaum duafa ?, atau untuk bencana alam?, atau hal hal lain yang sifatnya untuk kemaslahatan?, ini diperbolehkan, namun juga harus ber integritas dalam penyalurannya, dapat 1000 maka dikeluarkan 1000, bukan kurang dari itu !!!

Jika proposalnya bukan untuk kemaslahatan, akan tetapi untuk kepentingan duniawi seperti pesta mewah, atau kegiatan mewah, ya tidak bisa dibenarkan !!!,

Bisa saja proposalnya ditulis dengan bahasa secantik apapun dan mlintar mlintir tetap saja tujuannya bukan untuk kemaslahatan !!!
Apalagi untuk suatu pesta atau kegiatan yang memaksakan kehendak, kenapa sich tidak sederhana saja sesuai dengan kekuatan intern seperti gotong royong !!!
Kata kuncinya mengemis dana !, martabat jati diri model apa itu?

Yang parah anggota organisasi tersebut, nurut saja membuta mengikuti perintah yang justru menjatuhkan martabat diri, sesama anggota / karyawan dan organisasi atau perusahaan tsb !!!

Harusnya anggota organisasi / karyawan perusahaan tersebut mempunyai sikap dong !, sebab tanggung jawab ke Allah itu sendiri sendiri, hindari menuruti sesuatu / jalani tindakan yang merugikan martabat diri, baik terhadap sesama maupun kepada Allah SWT.

Namun jika meminta minta / mengemis  merupakan budaya buruk di organisasi / perusahaan tersebut, maka jelas dipahami bagi mereka sebagai Pembenaran, disinilah nampak sekali Kualitas Martabat Jati diri Organisasi / Perusahaan tersebut !!!
maka,
tepat sekali jika Organisasi / Perusahaan tersebut disebut / dikenal sebagai Organisasi Pengemis atau Peminta !!!

Beda lagi,
jika organisasi / perusahaan tersebut bergerak dibidang kemaslahatan manusia atau alam, seperti Green Peace, World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, Zero Waste Indonesia, dll yang murni bergerak untuk kemaslahatan manusia.

Jika model organisasi / perusahaan seperti ini, mencari sponsor untuk kegiatannya dapat dimengerti sebab untuk kemaslahatan dan alam.

*CSR / OSR, Corporate Sosial Responsibility / Organization Sosial Responsibilty*

Merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh suatu perusahaan atau organisasi untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi terhadap kemaslahatan umat dan alam.

CSR / OSR bukan meminta / taking, namun memberi / Giving, bukan mengemis namun bersedekah !!!

Jadi kata kuncinya tangan diatas lebih mulya dari pada tangan dibawah.

Maka,
Mau pilih sebagai apa kita dalam hidup?, bermartabat atau sebagai peminta atau pengemis?, lebih parah lagi jika memanipulasi kata atau tulisan agar nampak untuk kepentingan kemaslahatan ini namanya munafik, jujurlah dalam diri, mau sampai kapan seperti itu?

“Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati “(At-Tagabun [64] : 4)

Lereng gunung Gede, Senin, 13 Juni 2022
Salam Allahu Robbi,
Sedulur Badar Al Haq Network
Raufin Rahim – Veritas – Lustitia
Life Protection Hunter
Menembus Batas Peradaban Manusia
Jaringan terpadu Poros Badar Al Haq Rahmatan lil alamin
To Love – To Give – To Care