The Power of Life #2

ThePowerOfLife_AcceptThePresent

THE POWER OF LIFE #2

“Accept The Present”

Kekuatan untuk hidup – Menerima Kondisi Sekarang

Tulisan ke 2 dari 4 tulisan

“Forgive the Past, Accept the Present, Back to the original check point and growing up, Embrace the future” B-AMA

ACCEPT THE PRESENT / Menerima kondisi sekarang

Situasi yang kita alami sekarang adalah produk pilihan dan keputusan kita sendiri, maka bukalah jiwa kita untuk menerimanya.

Kekuatan Accept The Present mempunyai 5 pilar :

  • Pilar 1, The Power of Acceptance

Disini kitalah yang memutuskan apakah kita menerima kondisi apapun yang ada pada kehidupan kita sekarang ini atau menolak maupun menyangkal.

Pahami bahwa kondisi kita sekarang ini adalah produk dari pilihan kita masa lalu, maka paling bijak adalah terimalah dengan legowo.

  • Pilar 2, The Power of Now / Kekuatan sekarang

Dengan kita menerima secara iklash kondisi kita kekinian, maka kita bisa fokus di kehidupan ini, bukan ke masa lalu atau cemas dengan masa depan.

Dengan fokus ini, kita bisa menyatukan energi kita untuk mereview ulang semua Value of life / sistem nilai kehidupan kita, instropeksi diri, memperbaharui visi hidup kita sekaligus mereview ulang semua orang disekeliling kita yang tidak menumbuhkan jiwa kita.

Hiduplah dengan orang orang yang satu visi misi dan saling menumbuhkan keagungan kualitas jati diri bukannya saling menjatuhkan.

  • Pilar 3, The Power of Gratitude / Kekuatan Bersyukur

Dalam menyikapi kondisi kekinian kehidupan kita, jika makin Anda protes, makin menyalahkan situasi, makin menyalahkan orang lain, makin menyangkal atas kesalahan diri maka sejatinya Anda telah dengan sangat bahagia merusak diri Anda dari dalam dan merintangi hidup Anda sendiri.

Terimalah dengan iklash dan belajarlah dari itu maka alam akan dengan suka cita membantu Anda.

Kekuatan iklash yang baik adalah Bersyukur.

Bersyukur adalah suatu pemahaman diri bahwa Tuhan Allah adalah penguasa cerita kehidupan kita, semua gerak arah pilihan kita adalah masih dalam koridor cabang maupun ranting kehidupan framework modelNYA di setiap manusia.

Dengan Bersyukur maka Anda telah membuka pintu gerbang pembenahan kehidupan Anda untuk kembali ke jalur garis takdir positif masing maisng diri.

  • Pilar 4, The Power Of Surrender

Sudahlah, mari kita rendah hati pada sesama terutama pada Tuhan Allah.

Secerdas apapun Anda, sekaya apapun Anda, sehebat dan sesakti apapun Anda, percayalah semuanya ada batasnya.

Pasrah dengan berserah diri berbeda ya.

Secara makna pasrah is “Do nothing” / tidak berbuat apa apa, sedangkan Berserah diri adalah “Doing something based on Surrender Attitude” mengkondisikan jiwa untuk tunduk total pada Tuhan Allah namun secara rasional dan secara energi juga berjuang penuh.

Dari kaca mata kecerdasan resonansi jati diri profilnya sbb :

Pasrah, mempunyai getaran paling tinggi di 110.000 / detik

Berserah diri, mempunyai getaran paling rendah di 3.100.000 / detik, serta bertumbuh terus bergaris lurus dengan peningkatan frekuensi resonansi jati diri pribadi tersebut.

Kondisi berserah diri yang baik adalah memakai rasa jiwa, bukan hanya di tingkat roso ing roso namun sudah menembus di Sangkan paraning roso pang roso.

Dari perspektif kecerdasan resonansi jati diri, berserah diri yang baik bisa dicapai apabila seseorang minimal mempunyai frekuensi kualitas jati diri minimal di 12 milyar / detik (rata – rata manusia di 68.000 / detik).

Berserah diri yang baik tidak akan pernah tercapai apabila diri ini, masih banyak :

(1) Memakai pendekatan rasional / pikiran dalam segala hal

(2) Masih nyaman di medan energi emosi emosi negatif dan penyakit hati (seperti amarah, sebel, jutek, galau, benci, dendam, susah memaafkan, dengki, iri dsbnya).

Kenapa ?

Ya bagaimana Anda bangkit di medan resonansi yang sama di frekuensi emosi emosi negatif tersebut.

Bandingkan frekuensi terendah Berserah diri total / total Surrender di 3.100.000 / detik, sedangkan emosi emosi negatif dan penyakit hati frekuensi tertingginya di 90.000 / detik.

Menurut pegamatan saya, pribadi yang berhasil masuk di jalur ke ilahian sebenar benarnya adalah bukan mereka yang hebat ibadahnya, atau hebat serta hapal ayat dsbnya, itu semua lelaku fisik, namun mereka yang “SECARA BERKELANJUTAN MENGKONDISIKAN JIWANYA ITU LUGU PADA TUHAN ALLAH DI SEMUA ASPEK KEHIDUPANNYA”, maka otomatis Tuhan Allah dengan suka cita menolongnya.

Dengan keluguan total ini, maka mendorong pribadi ini masuk dalam pemahaman spiritual agamanya secara menyeluruh, bukan hanya menitik beratkan pada kegiatan fisik (hafal ayat, fasih bacanya maupun tafsirnya), but more than that ybs juga memahami lapisan – lapisan yang terkandung didalamnya serta tidak hanya terbatas pada ayat – ayat Kauliyah (tercantum di Kitab Suci) namun juga ayat ayat alam / Qauniyah yang ada di dalam diri (The Riel Kingdom of God) maupun di luar diri (The Universe of God)

Sepanjang kita memakai pikiran, maka ndak pernah ditolong, yang ada pencapaian kemajuan Anda dikarenakan sebab musabab sistem kehidupan, kenapa ?, ya Tuhan Allah khan bisa bilang “Lho kamu masih pakai pikiran, ya sudah silahkan selesaikan dengan pikiran Anda”, bukankah ini bagian dari free will ? / kehendak bebas.

Memang benar kita dianugrahi pikiran, iya pikiran khan ada dua, pikiran rasional dengan pikiran jiwa. Selama memakai pikiran rasional maka pertolongan Allah ndak akan pernah diwujudkan.

  • The Power of Giving

“We Rise by lifting others” / Kita akan meningkat dengan mengangkat orang lain.

Ketika kesadaran berserah diri total, maka kesadaran yang mendalam mengenai hidup dan kehidupan akan terungkap didalam diri.

Hidup bukan untuk diri sendiri, namun untuk sesama dan alam.

Giving itu wujudnya macem macem, namun yang paling sederhana adalah sedekah.

Bukankah Tuhan Allah sudah berjanji bahwa dengan sedekah kita tidak akan pernah berkurang harta kita, justru dilipat gandakannya.

Maka bersedekahlah seiklhasnya dalam kondisi apapun, baik di saat lapang maupun sempit.

Sedekah itu salah satu cara mendobrak rintangan hidup.

Begitulah saudaraku 5 pilar sebagai fondasi kekuatan menerima kondisi sekarang / The Power of Acceptance.

Lanjut tulisan ke 3

Salam kasih dan keagungan hidup

To Love – To Give – To Care

Baginda Adam Muhammad Akbarnahu

Navigator Executive

Grandness Leadership Intelligent Center

Initiating Action for Global Grandness Leadership